Welcome to the Fantastic World of Yuan Zhi Yi

Kamis, 18 September 2014

Penyalahgunaan Bahan Pengawet pada Terasi



Hal yang sama terjadi pada terasi dengan proses pencucian seafood yang ditambah dengan penggaraman dan dicampur dengan formalin. Jambal roti adalah jenis yang paling banyak diberi formalin karena harganya yang lebih mahal maka jalur distribusi / penjualan nya juga memerlukan waktu lebih panjang. Kebanyakan bahan dasar terasi adalah ikan-ikan yang tidak laku dijual dan sebagian besar telah mulai membusuk. Hal ini perlu dicurigai karena terasi tahan sampai berbulan-bulan dan tidak mudah busuk. Bisa jadi terasi ini ditambahkan cukup banyak pengawet yang dilarang misalnya formalin.
Formalin merupakan larutan yang komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai bahan antiseptik, germisida dan pengawet. Fungsinya sering diselewengkan untuk bahan pengawet makanan dengan alas an karena biaya lebih murah seperti mengawetkan ikan, dengan sebotol kecil dapat mengawetkan ikan secara praktis tanpa harus memakai batu es.
Formalin biasanya sering ditemukan pada makanan produk industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar di BPOM setempat. Biasanya makanan yang tidak diberi bahan pengawet seringkali tidak akan tahan lebih dalam 12 jam.
Formaldehid juga dipakai untuk menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin juga banyak di pakai dalam produk rumah tangga, seperti piring, gelas dan mangkok yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas itu terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam wadah itu akan larut, tapi bila digunakan untuk keadaan makanan dan minuman yang dingin sebenarnya tidak berbahaya. Namun, akan sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh kopi, the, atau makanan yang berkuah panas.
Formalin masuk kedalam tubuh manusia melalui dua jalan yakni pernapasan dan mulut. Sebetulnya kita setiap hari menghirup formalin dari lingkungkan sekitar yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik yang mengandung formalin, mau tidak mau kita akan menghisapnya. Formalin juga dapat menyebabkan kanker (zat yang bersifat karsinogenik). Bila terhirup formalin dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernapasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk, kerusakan pada sistem saluran pernapasan bisa menganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru-paru) atau edema paru (pembengkakan paru).
Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan rasa terbakar. Apabila terkena mata menimbulkan iritasi, memerah, rasanya sakit dan gatal-gatal. Bila konsentrasi tinggi maka menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan kerusakan pada lensa mata.
Adanya penyalahgunaan bahan pengawet yang dilakukan oleh sebagian masyarakat menimbulkan keresahan dan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk makanan yang menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan serta dampak negatif lain yang cukup serius apalagi dalam kesehatan. seperti yang diberitakan oleh berbagai media massa akhir-akhir ini. Sehingga perlu adanya pengawasan masyarakat itu sendiri dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini yang menjadi perhatian kami untuk mengangkat masalah mengenai bahan pengawet ini dan ternyata, banyak cara yang lebih efektif yang tidak kalah kualitasnya dalam proses pengawetan untuk mengganti bahan pengawet yang berbahaya itu dengan menggunakan bahan yang lebih alami, dan cukup dengan cara-cara sederhana serta tidak menimbulkan efek yang merusak bagi kesehatan. Salah satu contohnya adalah penggunaan biji Kepayang (Pangium edule Reinw) yang diracik menjadi serbuk yang fungsinya sama dengan bahan pengawet lain (kimia) terutama penggunaannya dalam proses pengawetan ikan dan produk olahannya.

Tidak ada komentar: