Hal
yang sama terjadi pada terasi dengan proses pencucian seafood yang ditambah
dengan penggaraman dan dicampur dengan formalin. Jambal roti adalah jenis yang
paling banyak diberi formalin karena harganya yang lebih mahal maka jalur
distribusi / penjualan nya juga memerlukan waktu lebih panjang. Kebanyakan bahan
dasar terasi adalah ikan-ikan yang tidak laku dijual dan sebagian besar telah
mulai membusuk. Hal ini perlu dicurigai karena terasi tahan sampai berbulan-bulan
dan tidak mudah busuk. Bisa jadi terasi ini ditambahkan cukup banyak pengawet
yang dilarang misalnya formalin.
Formalin merupakan larutan yang
komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya
digunakan sebagai bahan antiseptik, germisida dan pengawet. Fungsinya sering
diselewengkan untuk bahan pengawet makanan dengan alas an karena biaya lebih
murah seperti mengawetkan ikan, dengan sebotol kecil dapat mengawetkan ikan
secara praktis tanpa harus memakai batu es.
Formalin biasanya sering ditemukan pada
makanan produk industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar di BPOM
setempat. Biasanya makanan yang tidak diberi bahan pengawet seringkali tidak
akan tahan lebih dalam 12 jam.
Formaldehid juga dipakai untuk
menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin juga banyak di
pakai dalam produk rumah tangga, seperti piring, gelas dan mangkok yang berasal
dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas itu terkena makanan atau
minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam wadah itu akan larut,
tapi bila digunakan untuk keadaan makanan dan minuman yang dingin sebenarnya
tidak berbahaya. Namun, akan sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai
untuk menaruh kopi, the, atau makanan yang berkuah panas.
Formalin masuk kedalam tubuh manusia
melalui dua jalan yakni pernapasan dan mulut. Sebetulnya kita setiap hari
menghirup formalin dari lingkungkan sekitar yang dihasilkan oleh asap knalpot
dan pabrik yang mengandung formalin, mau tidak mau kita akan menghisapnya.
Formalin juga dapat menyebabkan kanker (zat yang bersifat karsinogenik). Bila
terhirup formalin dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan,
gangguan pernapasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk,
kerusakan pada sistem saluran pernapasan bisa menganggu paru-paru berupa
pneumonia (radang paru-paru) atau edema paru (pembengkakan paru).
Bila terkena kulit dapat menimbulkan
perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan rasa terbakar.
Apabila terkena mata menimbulkan iritasi, memerah, rasanya sakit dan
gatal-gatal. Bila konsentrasi tinggi maka menyebabkan pengeluaran air mata yang
hebat dan kerusakan pada lensa mata.
Adanya penyalahgunaan bahan pengawet yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat menimbulkan keresahan dan menyebabkan menurunnya daya beli
masyarakat terhadap produk-produk makanan yang menggunakan bahan pengawet
sebagai bahan tambahan serta dampak negatif lain yang cukup serius apalagi
dalam kesehatan. seperti yang diberitakan oleh berbagai media massa akhir-akhir
ini. Sehingga perlu adanya pengawasan masyarakat itu sendiri dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini yang menjadi perhatian kami untuk
mengangkat masalah mengenai bahan pengawet ini dan ternyata, banyak cara yang
lebih efektif yang tidak kalah kualitasnya dalam proses pengawetan untuk
mengganti bahan pengawet yang berbahaya itu dengan menggunakan bahan yang lebih
alami, dan cukup dengan cara-cara sederhana serta tidak menimbulkan efek yang
merusak bagi kesehatan. Salah satu contohnya adalah penggunaan biji Kepayang (Pangium
edule Reinw) yang diracik
menjadi serbuk yang fungsinya sama dengan bahan pengawet lain (kimia) terutama
penggunaannya dalam proses pengawetan ikan dan produk olahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar