A. Bahan
Pengawet Makanan
1. Definisi
Bahan
pengawet makanan adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya
terhadap pangan yang disebabkaan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat
disebabkan oleh fungsi, bacteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteri dapat
menyebabkan penyakir yang dibawa makanan termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
2. Macam-Macam
Bahan Pengawet Makanan
a. Bahan
Pengawet Makanan Alami
Jenis bahan yang bisa dijadikan sebagai
pengawet alami sangat beragam jenisnya antara lain :
1)
Garam
Garam yang kemudian dibuat larutan dan
dimasukkan ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas
bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Prosesnya biasa disebut dengan pengasinan (curing) atau penggaraman. Pengawetan
dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan
produk segarnya yang hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau jam.
Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan dapat tahan
selama berminggu – minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini memerlukan
perhatian karena konsumsi garam secara berlebuhan bisa memicu penyakit darah
tinggi.
2) Keragenan
Keragenan adalah bahan alami pembentuk
gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso dan mie basah sebagai bahan
alternatif yang aman pengganti borax. Karagenan dihasilkan dari rumput laut
Euchema sp yang telah dibudidayakan di berbagai perairan Indonesia.
Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5 - 1,5 gram
karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 - 1,5 gram karagenan
dijual dengan harga Rp750 sampai Rp900. Karagenan dalam industri sering
dijadikan bahan campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan
berbagai produk makanan.
3) Buah Picung
Pohon picung atau kluwak (jawa) banyak
tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu masak dapur, biji buah
picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar. Kombinasi 2 %
biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan
ikan kembung segar selama 6 hari tanpa merubah mutu.
Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Hasil penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu. Disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Hasil penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu. Disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Seorang nelayan untuk mempertahankan
mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1 :1 berat ikan segar.
Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg
pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya
membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar.
4) Biji Kepayang
Pohon tanaman ini memiliki tinggi
hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m. Jika melihat uraian
diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh
Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal musim hujan pada umur 15
tahun dengan jumlah 300 biji di setiap pohonnya .
Tanaman ini telah lama digunakan
sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, biji
dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini
kemudian dimasukkan ke dalam perut lkan laut yang telah dibersihkan isi
perutnya. Cincangan biji Kepayang memiliki efektivitas sebagai pengawet ikan
hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan jarak jauh, tanaman ini dicampur
garam, dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.
5)
Gambir
Tanaman gambir (Uncariae Romulus et
Uncus) di Indonesia daun dan getahnya digunakan untuk bahan kelengkapan
untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini juga sering
digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, dan
sakit kulit, serta bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.
Secara alami para produsen makanan
sering menggunakan tanaman yang daunnya berbentuk bujur sangkar dengan
permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya, dalam daun ini terdapat
sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan dari kerusakan akibat
mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).
6) Kitosan
Kitosan dihasilkan dari chitin dan
mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul
yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Perbedaan antara kitin dan kitosan
adalah pada setiap cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO)
pada atom karbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH).
Kitosan dapat dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan
cara direaksikan dengan menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang
relatif lama dan suhu tinggi.
Chitosan adalah biopolimer yang
mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam, kitosan memiliki karakteristik
kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali, kitosan akan
mengendap.
Indikator parameter daya awet chitosan :
a)
Keefektifan dalam mengurangi jumlah
lalat yang hinggap.
Pada
konsentrasi chitosan 1,5 % dapat mengurangi jumlah lalat secara significant.
b) Pada uji mutu hedonik
penampakan dan rasa ditunjukkan bahwa penampakan ikan asin dengan coating
chitosan lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin kontrol (tanpa formalin
dan chitosan) dan ikan asin dengan formalin. Coating chitosan pada ikan cucut
asin memberikan rasa yang lebih baik dibanding dengan kontrol (tanpa formalin
dan chitosan) dan perlakuan formalin.
c) Keefektifan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri dimana pada pengujian diperlihatkan hasil
bahwa nilai TPC (bakteri) sampai pada minggu kedelapan pelapisan chitosan,
masih sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) ikan asin yakni dibawah 1
x !0 5 koloni per gram. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri
disebabkan chitosan memiliki polikation yang bermuatan positif yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang.
d) Kadar air pada
perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai 8 minggu menunjukan kemampuan
chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik sehingga dengan sifat ini
akan menjadi daya tarik pada pengolah ikan asin dalam aspek ekonomi.
b. Bahan
Pengawet Makanan Sintetis
1) Bahan
Pengawet Yang Diizinkan
Menurut
Fox dan Cameron (1977), kelompok terebut bukan merupakan kelompok bahan
pengawet. Menurut DeMan (1976) han pengawet dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu
pertama bahan pengawet yang mudah menguap seperti etilen oksida dan propilen
oksida yang banyak digunakan sebagai bahan sterilisasi pada bahan makanan
tertentu. Kedua, bahan pengawet yang bersifat tidak stabil seperti dietil
pirokarbonat dan heksamin tetapi penggunaanya sudah dilarang di berbagai
Negara. Ketiga, bahan pengawet yang stabil seperti asam benzoate, asam sorbet
dan garamnya, asam propinoat dan garamnya, dan belerang dioksida serta sulfit. Berikut
adalah daftar bahan pengawet sesuai pengertian di atas :
Kode
Angka
|
Nama
Bahan Pengawet
|
Bentuk
Alternatif
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Belerang oksida
Asam benzoate
Asam propionate
Asam sorbat
Metal, etil dan propel p-hidroksi benzoat
Difenil
Nisin
Natrium nitrat
Natrium nitrit
o-fenil fenol
Tiobendazol
Heksanin
|
Natrium sulfit dan metabisulfit, kalium metabisulfit,
kalsium sulfit dan bisulfit
Garam Na, K dan Ca
Garam Na, K dan Ca
Garam Na, K dan Ca
Garam Na
Garam K
Garam K
|
Sumber : Fox dan Cameron, 1977
2) Bahan
Pengawet yang Dilarang
Penggunaan
bahan pengawet makanan dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama menurut GRAS (Generally Recognized as Safe), bahan
pengawet makanan bersifat alami sehingga menumbulkan efek racun pada tubuh.
Kedua, bahan pengawet yang ditentukan pemakaiannya oleh Acceptable Daily Intake (ADI) yang disesuaikan dengan batas minimal
harian untuk kesehatan konsumen. Ketiga bahan pengawet yang tidak layak
dikonsumsi sama sekali seperti boraks dan formalin.
Berikut
adalah beberapa bahan pengawet yang berbahaya dalam bahan makanan sehari-hari
antara lain :
a)
Asam borak (boric acid) atau boraks
b)
Asam seisilat (salicylic acid) dan garamnya
c)
Dietilpirokarbonat (DEPC)
d)
Dulsin
e)
Kalium Khlorat (potassium chlorate)
f)
Kloramfenikol
g)
Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)
h)
Nitrofurazon
i)
Formalin (formaldehyde)
Formalin ini sering digunakan pada
produk makanan termasuk ikan asin dan terasi, padahal seharusnya penggunaan
formalin ini sebagai pembunuh hama, pengawet mayat, bahan desinfektan pada industri
plastik, busa, dan resin untuk kertas.
3. Analisis
Bahan Pengawet Makanan
Untuk mengetahui ada tidaknya
pengawet pada sampel, bisa menggunakan analisis kualitatif menggunakan KLT
(Kromatografi Lapis Tipis).
Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu analisis
kualitatif
dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
Teknik
ini biasanya menggunakan fase
diam dari bentuk plat silika
dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa
oleh fase gerak tersebut.
Jarak antara jalannya pelarut
bersifat relatif.
Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot
yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda.
Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai
perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.
Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut :
Rf = Jarak yang ditempuh substansi
Rf = Jarak yang ditempuh substansi
Jarak yang ditempuh
oleh pelarut
Semakin besar nilai Rf dari sampel
maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat
kromatografi lapis tipis.Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah
kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut
kurang polar
dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis
tipis.Nilai Rf dapat dijadikan bukti
dalam mengidentifikasikan senyawa.
Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat
dikatakan memiliki karakteristik
yang sama atau mirip.Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut
dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
KLT
sebagai salah satu metode instrumental yang sering digunakan, karena mempunayi keuntungan
antara lain sebagai berikut :
a. Peralatan yang diperlukan sedikit
b. Waktu analisis yang cepat
c.
Hasil pemisahan lebih baik
d.
Daya pemisahan tinggi
e.
Pengerjaannya sederhana dan mudah
f.
Harganya terjangkau
Berikut adalah salah satu contoh cara
analisis bahan pengawet yaitu nitrit :
a.
Cara kerja pemeriksaan nitrit (uji
kualitatif)
Pemeriksaan
kualitatif nitrit dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu menggunakan asam
sulfanilat dan larutan NED, serbuk antipirin, dan serbuk kalium iodida.
1) Larutan
yang mengandung nitrit bila ditambahkan beberapa tetes larutan asam sulfanilat
dan larutan NED, dibiarkan selama beberapa menit akan memberikan hasil warna
ungu merah.
2) Larutan
yang mengandung nitrit, dipekatkan diatas penangas air, kemudian pada sisa
larutan diteteskan beberapa tetes asam klorida encer dan ditambahkan sedikit
serbuk antipirin, kemudian diaduk akan memberikan hasil warna hijau.
3) Larutan
yang mengandung nitrit, ditambahkan sedikit serbuk kalium iodida lalu diasamkan
dengan asam klorida encer, iod akan dibebaskan, yang dapat diidentifikasi
dengan pasta kanji memberikan hasil warna biru.
b. Cara
kerja pemeriksaan nitrit (uji kuantitatif)
1)
Sampel (daging burger sapi) ditimbang
sebanyak 10 gr dan dimasukkan kedalam cawan lalu dihaluskan
2)
Sampel ditambahkan dengan 5 ml lrutn
borax jenuh dan 100 ml aquadest panas (70 derajat) kemudian dikocok
3)
Larutan dibiarkan sampai dingin dan
kemudian di tambahkan dengan 2 tetes larutan NaOh dan 2 ml larutan seng acetat
4)
Campuran larutan dibiarkan sampai sampe
(daging burger sapi) mengendap
5)
Larutan disaring menggunakan kertas
saring
6)
Filtrate
dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 25 ml
7)
25
ml filtrate dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml
8)
Pada 25 ml filtrate ditambahkan 0,5 ml
sulfanilamide
9)
Kemudian larutan dtambahkan dengan 0,5
ml larutan nafthyletilndiamin. Larutan dikocok dan selama 3 menit larutan
dibiarkan sampai larutan berubah warna menjadi pink
10) Absorbansi larutan diukur dalam kuvet berdiameter 50 mm
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 528 nm
11)
Baca konsentrasi nitrit
Cara menghitung kadar nitrit dengan menggunakan rumus :
NaNo2 (C x 2000 )
4.
Pengaruh
Bahan Pengawet Makanan terhadap Kesehatan
Keuntungan pemakaian bahan pengawet makanan adalah
terbebas dari mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau
gangguan kesehatan bagi manusia, sedangkan mikroorganisme non patogen dapat
menyebabkan terjadi kerusakan pada bahan makanan. Kerugian dari pemakaian bahan
pengawet makanan adalah apabila oemakaian jenis dan dosisnya tidak sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan sehingga kemungkinan akan menimbulkan
efek toksitas bahkan bersifat karsinogenik bagi yang mengkonsumsinya.
Batas
aman pemakaian bahan pengawet ditetapkan dengan 2 tahap pengujian toksisitas.
Tahap pertama adalah pengumpulan data laboratorium dengan hewan percobaan atau
menggunakan uji klinis pada manusia. Tahap kedua adalah menginterpretasi dan
analisis data untuk menyimpulkan aseptibilitas atau penolakan bahan diuji
sebagai bahan tambahan makanan. Hal ini dapat merumuskan konsep jumlah yang
diperkenankan untuk dikonsumsi setiap harinya atau disebut dengan Acceptable Daily Intake (ADI).
Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan
Bahan Pengawet
|
Produk Pangan
|
Pengaruh terhadap Kesehatan
|
Ca-benzoat
|
Sari buah, minuman ringan, minuman anggur manis, ikan asin, produk ikan
|
Dapat menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap
aspirin.
|
Sulfur dioksida (SO2)
|
Sari buah, cider, buah kering,
kacang kering, sirup, acar
|
Dapat menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi
genetik, kanker dan alergi.
|
k-nitrit
|
Daging kornet, daging kering, daging asin, pikel daging, ikan asap, keju
|
Mempengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal dan muntah.
|
Ca- / Na-propionat
|
Produk roti dan tepung
|
Migrain, kelelahan, kesulitan tidur.
|
Na-metasulfat
|
Produk roti dan tepung
|
Alergi kulit.
|
Asam sorbat
|
Produk jeruk, keju, margarin, pikel, salad, ikan kering, terasi (pasta
ikan)
|
Perlukan kulit.
|
Natamysin
|
Produk daging dan keju
|
Dapat menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makjan, diare dan pelukaan
kulit.
|
K-asetat
|
Makanan asam
|
Merusak fungsi ginjal.
|
BHA
|
Daging babi segar dan sosisnya, minyak sayur, shortening, kripik kentang, pizza beku, teh instan
|
Menyebabkan penyakit hati dan kanker.
|
Sumber: Amos dan Drake, 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar