BAB I
PENDAHULUAN
Hipotiroidisme merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi
dan sekresi hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju
metabolisme tubuh dan penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama
dikulit dan otot.
Hipotiroidisme biasanya disebabkan oleh proses primer dimana jumlah produksi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga sekunder oleh
karena gangguan sekresi hormon tiroid yang berhubungan dengan gangguan sekresi Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) yang adekuat dari kelenjar hipofisis atau karena
gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(hipotiroid sekunder atau tersier). Manifestasi klinis pada pasien akan
bervariasi, mulai dari asimtomatis sampai keadaan koma dengan kegagalan
multiorgan (koma miksedema).
Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada faktor geografik
dan lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik.
Selain itu juga berperan faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi
tersebut. Diseluruh dunia penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat
kekurangan iodium. Sementara itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang
mencukupi, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun. Di daerah endemik,
prevalensi hipotiroidisme adalah 5 per 1000, sedangkan prevalensi
hipotiroidisme subklinis sebesar 15 per 1000. Hipotiroidisme umumnya lebih
sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan angka kejadian hipotiroidisme
primer di Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000
penduduk untuk pria.
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) yang melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili
populasi di Amerika Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6%
dari populasi (0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks
massa tubuh yang rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme
ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%)
dan Afrika-Amerika (1,7%).
Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit kronik yang sering ditemukan di masyarakat.
Diperkirakan prevalensinya cukup tinggi di Indonesia mengingat sebagian besar
penduduk bermukim didaerah defesiensi iodium. Sebaliknya di negara-negara
Barat, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun.
Gejala-gejala klinis hipotiroidisme sering tidak khas, juga dapat
ditemukan pada orang normal atau penyakit-penyakit lain, maka untuk menegakkan
diagnosisnya perlu diperiksa fungsi tiroid. Pemeriksaan faal tiroid yang sudah
tervalidasi adalah kadar TSH dan FT4 (Free Thyroxine). Kesalahan dalam
mendiagnosis hipotiroidisme dapat berakibat berbagai efek yang tidak diinginkan
oleh terapi hormon tiroid, sementara penyakit dasar yang sebenarnya tidak
terdiagnosis.
Tindakan operasi pada pasien dengan penyakit tiroid hampir semua
bersifat elektif, mengingat risiko kematian perioperatif meningkat pada pasien
dengan penyakit tiroid yang tidak terkontrol atau tidak terdiagnosis. Selain
pengaruhnya yang dominan pada sistem kardiovaskular, hipotiroidisme juga
mempengaruhi pemberian obat-obat anestesi akibat peningkatan atau penurunan
bersihan dan volume distribusi obat pada kondisi hipometabolisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patogenesa
Hipotiroid dapat
disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid di awali Hipotalamus
membuat ”thyrotropin releasing hormone
(TRH)” yang merangsang hipofisis anterior. Hipofisis anterior mensintesis
thyrotropin (”thyroid stimulating hormone
= TSH”) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis hormone
tiroid (”triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 = thyroxin”) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Penyakit lokal
dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi hormon tiroid menurun adalah
penyebab paling umum dari hipotiroidisme.Dalam keadaan normal, tiroid
melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian dan hanya
sedikit triiodothyronine (T3).Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari.T4,
prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan
perifer oleh 5′-deiodination.
Pada awal proses
penyakit, mekanisme kompensasi mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4
penyebab peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari.TSH merangsang
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5′-deiodinase
aktivitas.Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan lebih
banyak T3.
Karena semua sel
yang aktif secara metabolik memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon
memiliki berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik derangements dalam
proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi myxedematous yaitu,
akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan
myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas menurun, pembesaran
jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan penurunan cardiac output. Dalam
saluran pencernaan, achlorhydria dan penurunan transit di usus dengan lambung
dapat terjadi stasis.Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi,
dan infertilitas yang umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol
dan kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol yang
disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik. Selain itu, hipotiroidisme
dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin.
B. Etiologi
Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah
akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena.tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH,
dan TRH.
Gambar 1. Hipotiroid
Etiologi
dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti
tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit
inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
Hipotiroid
sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar
tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH)
meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.
Hipotiroid
tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid
releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk
mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif
lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi,
defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area
geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik
goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
1. Kelainan genetic yang dihasilkan karena
metabolisme iodine yang salah.
2. Ingesti dari jumlah besar nutrisi
goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4 ) seperti kobis,
kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak.
Semuanya mengandung goitogenik glikosida
3. Ingesti dari obat goitrogen seperti
thioureas (Propylthiracil) thocarbomen, (Aminothiazole, tolbutamid ).
C. Gambaran Klinis
Hipotiroid
dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, pada dewasa seperti seperti:
Merasa lelah, lemah, atau tertekan,
kulit kering dan kuku rapuh, tidak mampu menahan dingin, sembelit,
masalah memori atau mengalami kesulitan berpikir jernih, periode menstruasi
tidak teratur atau berat, peningkatan berat badan, suara serak, kelemahan otot,
peningkatan kadar kolesterol darah, nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada
sendi, penipisan rambut, denyut jantung lambat, depresi, kulit menjadi tebal,
wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng, apatis, kenaikan kadar kolesterol
serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, fungsi ventrikel kiri jelek. Gejala tersebut terjadi perlahan – lahan, sehingga
penderita tidak menyadari.
Sedangkan gejala
pada neonatus dan bayi adalah : Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior
yang terbuka, suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45
jam pasca lahir, berat badan lahir > 3500 gram;
masa kehamilan > 40 minggu, suara besar dan parau, hernia umbilikalis, riwayat ikterus lebih dari 3 hari, miksedema, makroglosi, riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan
sembelit (< 1 kali/hari), kulit kering, dingin, dan ”motling” (berbercak-bercak), letargi, sukar minum, bradikardia (< 100/menit).
D.
Laboratik
1. T4 Serum
Penentuan T4
serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar T4 serum
normal sampai rendah.Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hinnga 150 nmol/L)
2. T3 Serum
Kadar T3 serum
biasanya dalam keadaan normal-rendah.Normal kadar T3 serum adalah 70 hingga 220
mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
a. Tes T3 Ambilan
Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25%
(0,25)
b. Tes TRH
(Thyrotropin Releasing Hormon)
Pada
hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan
peningkatan kadar TSH serum.
E.
Penatalaksanaan Hipotiroid
Tujuan pengobatan untuk hipotiroidisme adalah
pembalikan dari perkembangan klinis dan koreksi derangements metabolik yang
dibuktikan dengan tingkat darah normal T4 TSH dan gratis.Hormon tiroid
diberikan untuk menambah atau mengganti produksi endogen.Secara umum,
hipotiroidisme dapat diobati dengan dosis harian konstan levothyroxine (LT4).
Manfaat klinis dimulai dalam 3-5 hari dan tingkat mati
setelah 4-6 minggu.Diduga dosis penggantian penuh dapat dimulai pada individu
yang dinyatakan muda dan sehat.Pada pasien tua atau orang dengan penyakit
jantung iskemik diketahui, pengobatan harus dimulai dengan satu keempat untuk
satu dosis setengah diharapkan, dan dosis harus disesuaikan sedikit demi
sedikit tidak lebih cepat dari 4-6 minggu.
Mencapai tingkat TSH dalam
kisaran referensi dapat diperlambat karena keterlambatan hipotalamus-hipofisis
readaptation sumbu dan mungkin memakan waktu beberapa bulan.Setelah stabilisasi
dosis, pasien dapat dipantau dengan evaluasi klinis tahunan dan pemantauan
TSH.Pasien harus dimonitor untuk gejala dan tanda-tanda overtreatment, yang
meliputi takikardi, palpitasi, gugup, kelelahan, sakit kepala, rangsangan
meningkat, sulit tidur, tremor, dan angina mungkin.
Sebuah meta-analisis dari
percobaan terkontrol acak tiroksin-triiodothyronine terapi kombinasi (T4 + T3)
versus monoterapi tiroksin (T4) untuk pengobatan hipotiroidisme klinis tidak
menemukan perbedaan dalam efektivitas monoterapi vs kombinasi kesakitan tubuh,
depresi, kelelahan, tubuh berat badan, kecemasan, kualitas hidup, kolesterol
total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida. Oleh karena itu, monoterapi T4 tetap
pilihan perawatan.
F.
Pengaruh Perilaku dan Lingkungan terhadap Gangguan Kekurangan Asupan Iodium
(Hipotiroidisme)
1.
Ada banyak penyebab hipotiroidisme
seperti komplikasi pada kelenjar tiroid, gangguan autoimun dan kegiatan otak
tertekan. Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah Tiroiditis
Hashiloto’s yang ditandai oleh kelenjar tiroid memerah bahwa pada saat mengarah
ke kerusakan dari sel-sel tiroid. Jika seseorang sering terpapar obat yang
melibatkan penggunaan yodium radioaktif, operasi dan lithium maka
kemungkinan seorang individu telah rentan terhadap hipotiroidisme cukup tinggi.
Lithium adalah seperti racun untuk kelenjar tiroid karena membuat kelenjar yang
kurang aktif pada waktu yang digunakan untuk mengobati depresi. Jika seseorang
yang pernah diobati dengan yodium radioaktif dapat jatuh di bawah ancaman
hipertiroidisme. Yodium radioaktif menghambat menonjol dari gondok yang
mengurangi sekresi hormon. Jika lebih dari sel-sel yang diinginkan dipengaruhi
oleh terapi ini kemungkinan individu akan terpengaruh oleh hipotiroidisme
mengalikan kali manifold.
2. Alasan lain karena yang seorang individu dapat jatuh di bawah
ancaman penyakit ini adalah operasi di masa lalu pasien. Jika seseorang telah
dioperasikan untuk mengobati kelenjar tiroid atau kanker maka kemungkinan
seorang individu jatuh di bawah ancaman cukup tinggi sebagai kelenjar tiroid
yang telah dihapus selama operasi maka produksi hormon yang tidak ckup dapat
menyebabkan penyakit ini.
3. Peradangan pada tenggorok atau tiroid yang dialami oleh
seseorang dapat menyebabkan hipotiroid. Karena hal tersebut, maka tempat
penyimpanan hormon tiroid pun pecah dan hormon tiroid masuk ke dalam peredaran
darah, sehingga menyebabkan tubuh mengalami kelebihan hormon.
4.
Penggunaan
pestisida berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Setiap hari ribuan
petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan
jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan
pestisida. Resiko terpapar pestisida di pertanian juga mengenai perempuan yang
terlibat dalam kegiatan pertanian. pengaruh negatif terhadap hormon tiroid.
Gaitan E, mengemukakan bahwa zat-zat polutan dapat menghambat pengikatan yodium
pada pembentukan mono dan diiodotirosin atau sebagai prekursor hormon pengaruh
negatif terhadap hormon triyodotironin (T3) dan hormon tiroksin (T4),
sehingga pembentukan hormon T3 dan T4 terhambat. Penurunan hormon tiroid akan
meningkatkan produksi Thyroid Stimulating Hormon (TSH), hal demikian
dikenal dengan hipotiroid.
G.
Interaksi Zat Gizi dan Pengobatan
yang Diberikan
1.
Interaksi Zat Gizi
a. Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah
nilai optimal.
b.
Defisiensi yodium merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Defisiensi
yodium yang juga disebut iodine deficiency disorder (IDD) menyebabkan berbagai
sindrom gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
c.
Indonesia menjadikan GAKY
sebagai masalah gizi utama, karena sejumlah 42 juta penduduk tinggal di daerah
endemis GAKY, 10 juta menderita gondok. Hasil survei di seluruh
Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi Total Goiter Rate
(TGR) dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi sebesar 11,1% pada tahun 2003.
(Tim GAKY Pusat, 2005).
d.
Prevalensi penderita
hipotirodisme meningkat pada usia 30-60 tahun,empat kali lipat angka
kejadiannya pada wanita dibandingkan pria.hipotiroidisme kongenital dijumpai
satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
2. Pengobatan
Tujuan
pengobatan untuk hipotiroidisme adalah pembalikan dari perkembangan klinis dan
koreksi derangements metabolik yang dibuktikan dengan tingkat darah normal T4
TSH dan gratis. Hormon tiroid diberikan untuk menambah atau mengganti produksi
endogen. Secara umum, hipotiroidisme dapat diobati dengan dosis harian konstan
levothyroxine (LT4).
Manfaat klinis
dimulai dalam 3-5 hari dan tingkat mati setelah 4-6 minggu. Diduga dosis
penggantian penuh dapat dimulai pada individu yang dinyatakan muda dan sehat.
Pada pasien tua atau orang dengan penyakit jantung iskemik diketahui,
pengobatan harus dimulai dengan satu keempat untuk satu dosis setengah
diharapkan, dan dosis harus disesuaikan sedikit demi sedikit tidak lebih cepat
dari 4-6 minggu.
Mencapai tingkat TSH dalam kisaran referensi dapat diperlambat karena keterlambatan hipotalamus-hipofisis readaptation sumbu dan mungkin memakan waktu beberapa bulan. Setelah stabilisasi dosis, pasien dapat dipantau dengan evaluasi klinis tahunan dan pemantauan TSH. Pasien harus dimonitor untuk gejala dan tanda-tanda overtreatment, yang meliputi takikardi, palpitasi, gugup, kelelahan, sakit kepala, rangsangan meningkat, sulit tidur, tremor, dan angina mungkin.
Sebuah meta-analisis dari percobaan terkontrol acak tiroksin-triiodothyronine terapi kombinasi (T4 + T3) versus monoterapi tiroksin (T4) untuk pengobatan hipotiroidisme klinis tidak menemukan perbedaan dalam efektivitas monoterapi vs kombinasi kesakitan tubuh, depresi, kelelahan, tubuh berat badan, kecemasan, kualitas hidup, kolesterol total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida. Oleh karena itu, monoterapi T4 tetap pilihan perawatan.
Mencapai tingkat TSH dalam kisaran referensi dapat diperlambat karena keterlambatan hipotalamus-hipofisis readaptation sumbu dan mungkin memakan waktu beberapa bulan. Setelah stabilisasi dosis, pasien dapat dipantau dengan evaluasi klinis tahunan dan pemantauan TSH. Pasien harus dimonitor untuk gejala dan tanda-tanda overtreatment, yang meliputi takikardi, palpitasi, gugup, kelelahan, sakit kepala, rangsangan meningkat, sulit tidur, tremor, dan angina mungkin.
Sebuah meta-analisis dari percobaan terkontrol acak tiroksin-triiodothyronine terapi kombinasi (T4 + T3) versus monoterapi tiroksin (T4) untuk pengobatan hipotiroidisme klinis tidak menemukan perbedaan dalam efektivitas monoterapi vs kombinasi kesakitan tubuh, depresi, kelelahan, tubuh berat badan, kecemasan, kualitas hidup, kolesterol total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida. Oleh karena itu, monoterapi T4 tetap pilihan perawatan.
Pengobatan
hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dalam dosis
rendah sejumlah 50 µg/hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi
sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal
sejumlah 200 µg/hari. Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH
penderita hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan menfaat terapi
pengganti.
Pengobatan pada
penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Dalam keadaan
darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada
penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian
tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab
hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan
kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hipotiroidisme
merupakan gangguan umum yang mempengaruhi sistem kardiovaskular, sistem organ
pernapasan, hematopoietik, dan ginjal, yang masing-masingnya mempunyai hubungan
yang erat pada tindakan bedah.
2. Pengobatan
hipotiroidisme dianjurkan diberikan sebelum dilakukan tindakan bedah dan
hipotiroidisme harus dikembalikan pada keadaan eutiroid.
3. Bila operasi
bersifat elektif, hipotiroidisme sedang dan berat dapat ditunda sampai keadaan
menjadi eutiroid, sedangkan bila hipotiroidisme ringan dapat langsung dilakukan
tindakan operasi.
4. Kombinasi
levotiroksin dan triiodotironin intravena dapat diberikan pada operasi
emergensi dengan keadaan hipotiroidisme yang berat, sedangkan operasi elektif
dapat diberikan levotiroksin oral saja.
B. Saran
1. Sebaiknya tindakan
operasi pada hipotiroidisme dilakukan pada keadaan eutiroid.
2. Perlu tersedianya
preparat hormon levotiroksin dan triiodotironin intravena untuk penatalaksanaan
perioperatif emergensi pasien hipotiroidisme berat.
DAFTAR
PUSTAKA
___________.
2008. Hipotiroid. Diakses pada 30 Mei
2013 pada situs http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/hipotiroid.
Baron, D.N. 1984. Kapita Selekta Patologi Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Children Growup Clinic. 2012. Penanganan Terkini Hipotiroid Pada Anak dan
Ibu Hamil.
Diakses pada 30 Mei 2013 pada situs http://childrengrowup.wordpress.com/2012/05/06/penanganan-terkini-hipotiroid-pada-anak-dan-ibu-hamil/.
Kusumawati, R., Suhartono, Sulistiyani. 2012. Beberapa
Faktor Yang Berhubungan Dengan Fungsi Tiroid Pada Pasangan Usia Subur (PUS)di
Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, Vol. 11 (1): 15-21.
Saputra, A. E. 2010. Hipotiroid dan Hpoparatiroid. Diakses pada 28 Mei 2013 pada situs http://saputraaguseko.wordpress.com/keperawatan/askep/hipotiroid-dan-hipoparatiroid/.
Soewondo, P.,
Cahyanur R. 2008. Hipotiroidisme
dan gangguan akibat kekurangan yodium. Dalam : Penatalaksanaan
penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen ilmu penyakit dalam
FKUI/RSUPNCM. Jakarta: Interna publishing, 14-21.
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1973. Patologi. Jakarta: PT Repro Internasional
Syafrudin, A. 2012. Makalah Hipotiroid.
Diakses pada 30 Mei 2013 pada situs http://ayipsyarifudin45.blogspot.com/2012/10/makalah-hipotiroid.html.
Syahbuddin S. 2009. Diagnosis dan pengobatan
hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto R, Darmono, Suhartono T, GD Pemayun
T, Nugroho KH,editors. The 2nd Thyroidologi Update 2009. Semarang: Badan penerbit Universitas
Diponegoro, 197-205.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar