Hipotiroidisme merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi
dan sekresi hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju
metabolisme tubuh dan penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama
dikulit dan otot.
Hipotiroidisme biasanya disebabkan oleh proses primer dimana jumlah produksi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga sekunder oleh
karena gangguan sekresi hormon tiroid yang berhubungan dengan gangguan sekresi Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) yang adekuat dari kelenjar hipofisis atau karena
gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(hipotiroid sekunder atau tersier). Manifestasi klinis pada pasien akan
bervariasi, mulai dari asimtomatis sampai keadaan koma dengan kegagalan
multiorgan (koma miksedema).
Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada faktor geografik
dan lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik.
Selain itu juga berperan faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi
tersebut. Diseluruh dunia penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat
kekurangan iodium. Sementara itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang
mencukupi, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun. Di daerah endemik,
prevalensi hipotiroidisme adalah 5 per 1000, sedangkan prevalensi
hipotiroidisme subklinis sebesar 15 per 1000. Hipotiroidisme umumnya lebih
sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan angka kejadian hipotiroidisme
primer di Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000
penduduk untuk pria.
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) yang melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili
populasi di Amerika Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6%
dari populasi (0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks
massa tubuh yang rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme
ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%)
dan Afrika-Amerika (1,7%).
Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit kronik yang sering ditemukan di masyarakat.
Diperkirakan prevalensinya cukup tinggi di Indonesia mengingat sebagian besar
penduduk bermukim didaerah defesiensi iodium. Sebaliknya di negara-negara
Barat, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun.
Gejala-gejala klinis hipotiroidisme sering tidak khas, juga dapat
ditemukan pada orang normal atau penyakit-penyakit lain, maka untuk menegakkan
diagnosisnya perlu diperiksa fungsi tiroid. Pemeriksaan faal tiroid yang sudah
tervalidasi adalah kadar TSH dan FT4 (Free Thyroxine). Kesalahan dalam
mendiagnosis hipotiroidisme dapat berakibat berbagai efek yang tidak diinginkan
oleh terapi hormon tiroid, sementara penyakit dasar yang sebenarnya tidak
terdiagnosis.
Tindakan operasi pada
pasien dengan penyakit tiroid hampir semua bersifat elektif, mengingat risiko
kematian perioperatif meningkat pada pasien dengan penyakit tiroid yang tidak
terkontrol atau tidak terdiagnosis. Selain pengaruhnya yang dominan pada sistem
kardiovaskular, hipotiroidisme juga mempengaruhi pemberian obat-obat anestesi
akibat peningkatan atau penurunan bersihan dan volume distribusi obat pada
kondisi hipometabolisme.