Pengaruh Kadar
Omega-3 Ikan dan Kecerdasan Otak Anak
Yuanita Sinar Yulianti / P07131112104/Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Abstrak
Latar Belakang. Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil ikan terbesar di antara negara-negara Asia. Ikan
banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda Omega-3 yang berhubungan erat
dengan kesehatan dan kecerdasan. Namun yang menjadi permasalah besar di
Indonesia adalah pemenuhan gizi untuk peningkatan kemampuan daya pikir anak
belum maksimal. Kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang kandungan Omega-3
pada ikan menjadi salah satu penyebab masalah tersebut.
Tujuan. Penulisan makalah ilmiah
ini bertujuan untuk meningkatkan selera makan ikan dan memberikan pengetahuan
tentang kandungan Omega-3 kepada masyarakat Indonesia.
Metode. Penulisan makalah ilmiah
ini menggunakan metode studi pustaka untuk pengumpulan data dan pembahasan.
Hasil dan Pembahasan. Asam lemak Omega-3
disebut sebagai asam lemak otak karena adanya hubungan dengan DHA, EPA dan LNA.
Kandungan Omega-3 pada ikan
berkisar pada 4,48% - 11,8% per berat tubuh ikan. Jenis, umur, tersedianya
makanan, dan daerah penangkapan merupakan pengaruh tinggi rendahnya kandungan
Omega-3 pada ikan. kandungan omega-3 setiap bagian-bagian ikan
berbeda-beda: kepala= 12%, dada= 28%, daging permukaan= 31,2 % dan isi rongga
perut = 42,1%. Anak yang mengkonsumsi banyak ikan laut, maka akan memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi karena kandungan Omega-3 pada ikan tersebut.
Kesimpulan. Kandungan Omega-3 pada ikan laut yang
paling banyak adalah isi rongga perut. kadar asam lemak Omega-3 pada
ikan sangat penting untuk perkembangan sel-sel otak anak. Jika kadar konsumsi
Omega-3 rendah, maka dapat mempengaruhi perkembangan mental dan psikomotor anak
tersebut. Sehingga ada hubungan antara kandungan omega-3 ikan dengan kecerdasan
otak. Perlu dilakukan pemberian edukasi dan konseling tentang kandungan gizi
ikan dan manfaat bagi kesehatan tubuh.
Kata kunci: Omega-3, asam lemak tak jenuh ganda, kecerdasan otak anak, ikan laut, DHA,
EPA, LNA.
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil ikan terbesar di antara negara-negara Asia. Indonesia masih memiliki
kendala dalam memenuhi asupan gizi masyarakat. Khusus bagi anak-anak yang
kondisinya masih mengalami kekurangan gizi. Hal ini dapat mengakibatkan
menurunnya kemampuan manusia untuk mengunakan daya pikir mereka secara
maksimal. Terutama di dalam aspek pendidikan, anak-anak yang menjalani jenjang
pendidikan yang di wajibkan ditempuh untuk mewujudkan cita-cita negara yaitu
mencedaskan bangsa.
Masyarakat Indonesia khususnya anak-anak perlu mengubah pola hidup mengkonsumsi makan yang sehat dan bergizi. Upaya tersebut sudah diperhatikan oleh setiap orang tua dengan memberikan yang terbaik bagi anak-anak untuk mendukung perkembangan pertumbuhan anak-anak mereka. Orang tua masih memanfaatkan jenis-jenis produk bervitamin yang hanya memberikan dampak perkembangan optimal sementara bagi anak-anak. Banyak produk-produk yang beredar di pasar yang menawarkan kelebihan produk-produknya untuk meningkatkan daya cerdas otak yang belum diketahui dampak buruk oleh masyarakat.
Ikan adalah salah satu bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi penting bagi tubuh, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Zat gizi tertinggi nilainya adalah protein dan lemak. Rata-rata kadar protein pada ikan adalah 18-20 %, sedangkan nilai lemak pada ikan mencapai 5-15 %. Protein pada ikan bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan dan memelihara jaringan bagi tubuh. Lemak pada ikan berfungsi sebagai sumber energi berkonsentrasi tinggi yang menyumbangkan 9 kkal/g dan sebagai pembawa asupan dan absorpsi vitamin larut lemak.
Masyarakat Indonesia khususnya anak-anak perlu mengubah pola hidup mengkonsumsi makan yang sehat dan bergizi. Upaya tersebut sudah diperhatikan oleh setiap orang tua dengan memberikan yang terbaik bagi anak-anak untuk mendukung perkembangan pertumbuhan anak-anak mereka. Orang tua masih memanfaatkan jenis-jenis produk bervitamin yang hanya memberikan dampak perkembangan optimal sementara bagi anak-anak. Banyak produk-produk yang beredar di pasar yang menawarkan kelebihan produk-produknya untuk meningkatkan daya cerdas otak yang belum diketahui dampak buruk oleh masyarakat.
Ikan adalah salah satu bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi penting bagi tubuh, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Zat gizi tertinggi nilainya adalah protein dan lemak. Rata-rata kadar protein pada ikan adalah 18-20 %, sedangkan nilai lemak pada ikan mencapai 5-15 %. Protein pada ikan bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan dan memelihara jaringan bagi tubuh. Lemak pada ikan berfungsi sebagai sumber energi berkonsentrasi tinggi yang menyumbangkan 9 kkal/g dan sebagai pembawa asupan dan absorpsi vitamin larut lemak.
Indonesia memiliki perairan yang luas dan
memiliki sumber daya alam khusus hasil perairan, namun masyarakat kurang mengenal akan nilai
tinggi gizi ikan, khusus dalam 4 sehat dan 5 sempurna. Padahal ikan merupakan sumber makanan yang berprotein tinggi, selain itu
juga mengandung vitamin, air dan lemak (psr.org).
Lemak terdiri dari
trigliserida yang merupakan 3 asam lemak yang terikat dalam 1 ikatan gliserol.
Asam lemak adalah komponen utama lemak dalam suatu bahan makanan. Ada tiga
macam asam lemak, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak trans dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak yang paling baik bagi tubuh adalah asam lemak tak
jenuh, karena asam lemak ini memiliki titik leleh paling rendah diantara semua
jenis asam lemak dan memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
Asam lemak Omega-3
merupakan salah satu contoh asam lemak tak jenuh ganda yang esensial, karena
tubuh tidak bisa menyintesis sehingga harus didapatkan dari makanan. Asam lemak ini mempunyai arti khusus dalam ilmu gizi karena mengandung asam lemak
yang berhubungan dengan kesehatan dan kecerdasan. Asam yang berhubungan dengan
kesehatan adalah EPA (Eicosa Pentenoic Acid). Sedangkan asam lemak yang
berhubungan dengan kecerdasan dikenal dengan DHA (Docosa Hexaenoic Acid).
Pengetahuan tentang
ikan pada sebagian masyarakat masih kurang. Kebanyakan masyarakat menganggap ikan
sebagai sumber kolesterol bagi tubuh dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
obesitas. Hal ini dikarenakan mereka salah persepsi terhadap hasil perikanan
dan kurang dikenalnya keragaman jenis olahan dari ikan, sehingga banyak orang
enggan untuk mengonsumsi hasil olahan ikan. Oleh sebab itu, perlu diadakan
pembinaan dan penyuluhan mengenai pengertian, keanekaragaman hasil dan olahan
perikanan.
Kandungan Omega-3
pada Ikan
Kandungan
Omega-3 pada ikan berkisar pada 4,48% - 11,8% per berat tubuh ikan. Jenis,
umur, tersedianya makanan, dan daerah penangkapan merupakan pengaruh tinggi
rendahnya kandungan Omega-3 pada ikan. Kandungan ini tidak berasal dari proses sintesis
tubuh ikan, namun dari makanan ikan dalam bentuk jasad renik Chlorella, Diatomi
dan Dinoflagellata. Alga laut dan fitoplankton mensintesis omega-3 PUFA (Polyunsurated
Fatty Acid) masuk ke dalam rantai makanan ikan (E. Salamah, Hendarwan & Yunizal, 2004).
Kandungan
omega-3 pada ikan di setiap daerah penangkapan berbeda-beda. Ikan di daerah
dingin memiliki omega-3 lebih besar
dibandingkan ikan di daerah panas. Kandungan omega-3 PUFA pada ikan laut lebih
besar dibandingkan pada ikan air tawar. Perbedaan di setiap daerah tangkapan
ikan tersebut dikarenakan makanan ikan yang berupa jasat renik Chlorella,
Diatomi, Dinoflagellata, alga laut dan fitoplankton dapat tumbuh dan berkembang
baik di daerah dingin dan air laut.
Kandungan
asam lemak tak jenuh ganda Omega-3 pada setiap bagian-bagian tubuh ikan laut
adalah sebagai berikut:
Nama Bagian
|
Kadar (%) per Berat
Tubuh Ikan
|
Kepala
|
12
|
Dada
|
28
|
Daging Permukaan
|
31,2
|
Isi Rongga Perut
|
42,1
|
Sumber :
Fransisca (2008)
Kandungan
Omega-3 pada ikan laut yang paling banyak adalah isi rongga perut. Hal ini
dikarenakan pada bagian tersebut lemak yang dimakan oleh ikan akan diolah dan
digunakan pada proses metabolisme tubuh ikan. Sedangkan bagian daging permukaan
memiliki kadar Omega-3 terbanyak kedua, karena lemak sisa metabolisme dan
menjadi minyak yang mengandung banyak Omega-3 tersimpan di bagian tersebut.
Hubungan Asam Docosahexoic (DHA) dan Omega-3
Ikan
Orang tua tentu tidak
asing lagi dengan DHA dan omega 3. Kecerdasan anak lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dari pada jumlah asam docosahexoic (DHA),
omega 3 asam lemak, minum ASI atau susu formula. Penelitian tersebut dilakukan
oleh peneliti dari Universitas Southampton.
Para ilmuwan meneliti 241 bayi baru lahir sampai anak-anak berusia empat tahun dalam penelitian tersebut. Hal ini digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan penggunaan susu formula yang diperkaya DHA pada masa bayi dan hubungan DHA dengan kecerdasan dan aspek lain dari fungsi otak.
Para ilmuwan meneliti 241 bayi baru lahir sampai anak-anak berusia empat tahun dalam penelitian tersebut. Hal ini digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan penggunaan susu formula yang diperkaya DHA pada masa bayi dan hubungan DHA dengan kecerdasan dan aspek lain dari fungsi otak.
Penelitian
tersebut menghasilkan beberapa poin yang bermanfaat bagi orang tua, yaitu
membantu untuk menghilangkan beberapa mitos tentang manfaat DHA bahwa IQ anak tidak
ada hubungannya dengan konsumsi tingkat DHA yang mereka terima sejak
bayi. Faktor yang paling kuat adalah lingkungan keluarga,
khususnya ibu menstimulus otak bayi dan mendidik anak mulai dari bayi serta masalah kecukupan gizi yang harus tetap diperhatikan.
Asam
lemak Omega 3, terutama DHA ditemukan dalam konsentrasi tinggi di otak dan
terakumulasi selama lonjakan otak berkembang, yang terjadi antara trimester
terakhir kehamilan dan tahun pertama kehidupan. Meskipun penelitian ini telah
menunjukkan IQ anak tidak dipengaruhi oleh DHA, penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa kurangnya DHA selama periode pertumbuhan otak yang cepat
dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan otak (Tri Mulya, 2011).
Pengaruh
Kandungan Omega-3 Ikan dengan Kecerdasan Otak Anak
Penelitian terbaru menyatakan bahwa memakan ikan, khususnya ikan
laut dalam jumlah yang direkomendasikan saat
mengandung dapat meningkatkan otak anak. Jean Golding dan para peneliti dari
Universitas Bristol dan Institut Kesehatan Nasional menyatakan bahwa anak-anak yang banyak mengkonsumsi ikan memiliki kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi yang lebih baik
pada usia tujuh tahun. Para peneliti tersebut memperhatikan kemampuan komunikasi dan sosial, koordinasi
tangan-mata, dan total IQ pada anak-anak yang berusia lebih dari delapan tahun (B. Orchestra, 2011).
Faktor sosial ekonomi juga diikutsertakan
dalam perhitungan. Para peneliti mengatakan mengkonsumsi kurang dari 340 mg
ikan dalam seminggu dihubungkan dengan peningkatan risiko sebesar 48% penyebab
anak berada pada posisi kelompok terbawah untuk kecerdasan verbal. Selain itu
dapat menigkatkan risiko penurunan perilaku, motorik, komunikasi dan
pengembangan sosial (Jurnal Kedokteran Inggris The Lancet, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa kadar asam
lemak Omega-3 pada ikan sangat penting untuk perkembangan sel-sel otak anak.
Jika kadar konsumsi Omega-3 rendah, maka dapat mempengaruhi perkembangan mental
dan psikomotor anak tersebut (Lamid, Astuti, dkk, 1999).
Struktur anatomi otak bekerja melalui proses
pembelahan sel-sel saraf yang akan menentukan jumlah dari sel-sel saraf yang
dibentuk dan melalui proses pertumbhan sel-sel saraf yang akan menentukan
ukuran sel saraf serta melalui proses perkembangan sel saraf menuju
terbentuknya sel saraf dengan komponen yang lengkap. Dalam proses pembelahan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel saraf dibutuhkan energi, protein dan
lemak. Zat gizi pada struktur anatomi otak mempengaruhi pembentukan sel-sel
pendukung pada otak. Zat gizi makro terpenting yang dibutuhkan adalah asam
lemak tak jenuh ganda rantai panjang, yaitu Omega-3 (Georgieff, 2006 dan San
Giovannie, 2000).
Asam Lemak Omega-3 Sebagai
Asam Lemak Otak dan Efek Kekurangan Asam Lemak Omega-3
Asam lemak Omega-3 merupakan zat gizi yang harus
terpenuhi kebutuhannya. Zat gizi ini berperan vital dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron otak
untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan. Asam lemak omega-3 juga berperan
sebagai asam lemak otak. Asam lemak omega-3 ini turunan dari prekursor
(pendahulu)-nya, yaitu asam lemak esensial linoleat dan linolenat (A.W. Nugroho & N. Santoso, 2011).
Asam lemak esensial tidak bisa dibentuk dalam
tubuh dan harus dipasok langsung dari makanan. Kemudian prekursor itu masuk
dalam proses elongate (pemanjangan) dan desaturate (tak jenuh) yang menghasilkan tiga bentuk asam lemak omega-3, yaitu LNA (Asam Alfa-Linolenat), EPA dan DHA.
Sistem saraf pusat dan otak merupakan organ
vital yang pertama dibentuk. Meskipun pada anak 1-6 tahun
rata-rata memiliki massa otak kurang dari 10% dari berat tubuh, jika dibandingkan dengan organ tubuh lain, otak paling banyak
memerlukan energi lebih dari 70% untuk proses tumbuh kembang. Energi tersebut dapat diperoleh dari zat gizi dan asam lemak esensial.
Asam lemak esensial juga prekursor omega-3 DHA,
EPA, ALA (alfa-linolenat), dan AA (asam arakhidonat). Lebih dari 60% Omega-3 diperlukan sebagai unsur penyusun dinding sel neuron. Sedangkan
sisa DHA lainnya diperlukan sebagai unsur pembentuk cawan untuk wadah
rhodopsin, senyawa vital penginderaan dan pengiriman balik sinyal yang diterima
mata ke otak.
Bila kekurangan asam lemak esensial, maka sel
neuron akan menderita kekurangan energi untuk proses tumbuh kembang.
Pembentukan dinding sel neuron terhambat karena kekurangan omega-3 DHA dan AA,
sehingga sel tidak mampu menampung muatan komponen sel neuron normal. Hal ini dapat kehilangan pengorganisasian dan kemampuan koneksi normal di antara
sel-sel neuron. Akibatnya, sel-sel neuron mengalami banyak kebocoran dan
terjadilah perdarahan. Bisa juga terjadi inisiasi mikrotrombi dan iskemia lokal (stroke)
serta sel-sel otak menjadi cepat mati dan tidak berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barasi, M.E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
2. Boucher, O., Burden, M.J.,
Muckle, G., Saint-Amour, D., Ayotte, P., Dewailly, E., Nelson, C.A., Jacobson,
S.W., and Jacobson, J.L. 2011.
Neurophysiologic and neurobehavioral evidence of beneficial effects of prenatal
omega-3 fatty acid intake on memory function at school age. Am. J. Clin.
Nutr., 93: 1025–37.
3. Departemen Gizi &
Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi
& Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
4. Fast, J. 1987. The Omega-3 Breakthrough.
Arizona, USA: The Body Press.
5. Hakkarainen, R., Partonen, T., Haukka, J., Virtamo, J., Albanes, D. & Lönnqvist, J. 2004. Food and Nutrient Intake
in Relation to Mental Wellbeing. Nutrition Journal, 3, 14: 112-119.
6. Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
7. Kartasapoetra, G. 2005. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan
& Produksi Kerja). Jakarta: PT Rineka Cipta.
8. Karyadi, D. 2001. Peranan Gizi terhadap Kecerdasan
Otak. Jakarta: KPIG.
9. Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 1. Jakarta: PT Bhatara
Niaga Media.
10. Mulya, Tri. 2011. Pengaruh DHA dan
Omega 3 pada Kecerdasan Anak, diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pada
situs http://araata.blogspot.com/pengaruh-DHA-dan-Omega-3-pada-kecerdasan-anak/.
11. Nakamura, M.T.
2000. The Return of ω3 Fatty Acids into the Food Supply I Land-Based Animal
Food Products and Their Health Effects. Am. J. Clin. Nutr., 71:
1215-1216.
12. Nettleton, J.A. 1995. Omega-3 Fatty Acids and Health.
New York, USA: Chapman & Hall.
13. Nugroho, A.W. &
Santoso, N. 2011. Ilmu Gizi
menjadi Sangat Mudah Edisi 2. Jakarta: EGC.
14. Orchestra, B. 2011. Mengkonsumsi
Banyak Ikan Selama Kehamilan Membuat Anak Menjadi Cerdas, diakses pada
tanggal 10 Desember 2012 pada situs http://babyorchestra.wordpress.com/2010/08/24/mengkonsumsi-banyak-ikan-selama-kehamilan-membuat-anak-menjadi-cerdas/
15. Orchestra, B. 2011. Omega-3, Modal
Penting Kecerdasan Anak, diakses pada tanggal 10 Desember 2012 pada situs http://babyorchestra.wordpress.com/2010/08/23/omega-3-modal-penting-kecerdasan-anak/.
16. Rilianty. 2009. Omega 3 Modal
Untuk Kecerdasan, diakses pada tanggal 1 Januari 2013 pada situs http://www.dechacare.com/Omega-3-Modal-Untuk-Kecerdasan-I489.html
17. Salamah, E., Hendarwan
& Yunizal. 2004. Studi Tentang
Asam Lemak Omega 3 dari Bagian-Bagian Tubuh Ikan Kembung Laki-Laki (Rastrclligerknnagurtlr).
Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 8, 2: 28-34.
18. Sandjaja, B. Budiman, R. Herartri, N. Afriansyah, M. Soekatri, G. Sofia, Suharyati, Sudikno, D. Permaesih. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
19. Soenarti, T. 2000. Ikan Laut, Hidangan Prima Masa Depan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
18. Sandjaja, B. Budiman, R. Herartri, N. Afriansyah, M. Soekatri, G. Sofia, Suharyati, Sudikno, D. Permaesih. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
19. Soenarti, T. 2000. Ikan Laut, Hidangan Prima Masa Depan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
20. Winarno, F.G., Koswara, S. 2002. Food Science
Glosarry Biotechnology. Bogor: M-BRIO Press.
21. Zulaihah, S. & Widajanti, L. 2006. Hubungan Kecukupan Asam Eikosapentanoat
(Epa), Asam Dokosaheksanoat (Dha) Ikan Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Gizi Indonesia, 2, 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar